Penulis : Iswandi (Penggiat Desa Wisata Belitung)
Tatanan kehidupan masyarakat suatu desa terbentuk melalui perjalanan sejarah yang panjang. Yang di dalamnya ada kearifan lokal, budaya dan seni sebagai manifestasi dari warna kehidupan sehari-hari masyarakat desa. Dan juga sebagai salah satu bentuk karateristik unik atau kekhasan suatu desa bisa dilihat dari karya-karya seninya yang tercipta.
Karena suatu karya seni tercipta di suatu desa sebagai salah satu bentuk manifestasi dari cara hidup, kekhasan, prilaku dan gambaran keseharian masyarakat lokal, maka biasanya karya seni yang tercipta adalah sebagai satu bentuk ungkapan kebanggan dan penghargaan yang tinggi terhadap cara hidup, pergaulan dan budaya yang bernilai tinggi yang harus dipertahankan, dijaga kelestariannya dan di wariskan untuk generasi-generasi berikutnya. Sebab dengan melestarikan nilai-nilai seni di suatu desa merupakan salah bentuk pemberdayaan masyarakat dan generasi muda untuk menghargai nilai-nilai hidup di desa serta bagian dari bentuk pemberdayaan generasi muda agar terus melahirkan karya-karya seni yang bernilai tinggi.
Kesenian suatu desa yang tercipta bisa berupa nyanyian lagu daerah, lukisan tentang indahnya suatu desa, bangunan-bangunan dengan artistik yang unik termasuk juga gerak tarian yang menggambarkan kehidupan dan keseharian masyarakat desa tersebut.
Demikian pula apa yang dilakukan di Desa Wisata Kreatif Terong sejak tahun 2014 yang lalu dalam rangka menjaga dan melestarikan budaya kehidupan yang berdampingan damai dengan alam, termasuk juga bagaimana memberdayakan generasi muda serta masyarakat untuk selalu mewariskan nilai-nilai kehidupan yang baik itu dalam suatu karya seni (tarian) tradisional yang membumi. Lewat seni tari tradisional yang merupakan bagian dari cerminan budaya dan kehidupan masyarakat lokal juga bisa memperkaya atraksi yang ada di Desa Wisata Kreatif Terong.
Dari gerakan tarian tradisional bernama Tari Aik Taruk yang diciptakan Sanggar Tari Aik Rusa Berehun, tergambarkan dengan jelas bagaimana keceriaan anak-anak di desa ketika beraktifitas di pantai untuk mencari kerang kecil (Keremis) sambil bermain di air laut yang dangkal.
Letak geografis Desa Wisata Kreatif Terong yang berada di daerah pesisir pantai Kabupaten Belitung, menjadikan kebanyakan masyarakatnya adalah nelayan tradisional yang bertumpu pada kekayaan laut dan pantainya. Begitu pula anak-anak di desa yang sering menghabiskan waktu mereka setelah bersekolah lebih memilih bermain di pantai saat air laut sedang surut atau sedang di posisi “aik taruk” untuk mencari kerang kecil (Keremis) menjadi satu aktifitas positif untuk kemandirian mereka. Dan disisi lain juga mereka menjadi paham sejak dini tentang bagaimana pentingnya menjaga laut dan pantai untuk tetap lestari dengan pola mencari Keremis tersebut tidak dengan cara merusak alam dan merusak habitatnya.
Kebiasaan mencari Keremis di pantai saat air laut sedang surut atau saat air laut sedang “taruk” sebenarnya bukan hanya kebiasaan anak-anak semata, bahkan orang dewasapun khususnya ibu-ibu di Desa Wisata Kreatif Terong dijadikan sebagai salah satu aktifitas rutin, baik untuk tambahan lauk pauk di rumah maupun sebagai mata pencaharian tambahan untuk dijual kepada pengepul yang ada di desa.
Istilah posisi “aik taruk” maksudnya adalah saat ketika posisi air laut dalam keadaan surut tanggung atau tidak terlalu jauh surutnya. Karena masih menyisakan hamparan air laut yang tidak jauh dari bibir pantai. Tapi justru di posisi “aik taruk” inilah kesukaan anak-anak mencari Keremis karena mereka bisa sekalian bermain air di hamparan air laut yang sangat dangkal.
Maka kemudian Kami dari Pengurus Desa Wisata Kreatif Terong dan Sanggar Tari Aik Rusa Berehun yang ada di Desa Terong melihat budaya masyarakat yang positif ini dalam hal kebiasaan dan aktifitas mencari Keremis di pantai yang dilakukan dalam suasana penuh keceriaan mempunyai satu pemikiran yang sama tentang bagaimana agar kebiasaan yang sudah membumi ini di angkat menjadi suatu gerak tarian dan seni yang benar-benar bercirikan Desa Wisata Kreatif Terong. Tujuan jangka panjangnya adalah agar dari generasi ke generasi ada kebanggan tersendiri menjadi bagian dari masyarakat desa yang kaya akan berbagai macam potensi alam dan seni tarian yang diciptakan oleh warganya sendiri.
Sebab tak bisa dipungkiri bahwa suatu karya seni merupakan salah satu karya manusia yang paling fenomenal. Dengan seni dan tarian yang diciptakan maka akan tergambarkan dengan jelas sebagai salah satu bukti kemajuan cara berpikir dan bertindak manusia dijamannya.
Kesenian yang tercipta dan berasal dari kearifan lokal juga akan memberikan gambaran betapa kayanya suku-suku yang ada di Indonesia dan betapa kayanya Indonesia yang berisikan orang-orang yang kreatif dan inovatif untuk memunculkan kekhasan masing-masing daerahnya.
Pada awal memulai untuk menciptakan gerakan-gerakan Tarian Aik Taruk ini memang menemui beberapa kendala. Kendala yang paling utama karena memang di Desa Wisata Kreatif Terong sendiri tidak ada yang benar-benar ahli tari atau lulusan sarjana seni tari. Lalu kendala berikutnya karena agak kesulitan mencari anak-anak yang mau di latih dan latihan rutin di Sanggar Tari Aik Rusa Berehun. Sebab Kita semua tahu di jaman yang serba gadget ini anak-anak dimanapun berada sudah hampir melupakan pergaulan sosial sesama temannya sendiri karena lebih asik memilih bermain game, browsing internet dan sebagainya yang terkadang saat duduk bersebelahan sesama temanpun tidak ada bahasa verbal yang keluar dari mulut mereka. Sifat individualistis mulai menyasar anak-anak yang seharusnya di masa-masa umur mereka justru harus banyak belajar bersosialisasi sebagai bagian membentuk karakter yang peduli akan sesama. Namun berkat kesabaran dan melalui pedekatan persuasif yang baik kepada anak-anak di desa akhirnya kemudian mendapatkan solusi yang tepat tentang dua kendala di atas. Solusi yang tepat itu ternyata berkaitan bagaimana pelan-pelan merubah pola pikir anak-anak (mindset) termasuk masyarakat lokal secara keseluruhan untuk bisa memahami arti kehadiran mereka di desa ini, arti berproses dalam menjalani hidup dan tentang makna hidup ini setelah mereka dewasa nanti. Yang semuanya harus mengikuti alur kesadaran mereka yang disesuaikan dengan dunia kanak-kanak mereka saat ini dalam memahami maksud berkesenian yang sebenarnya.
Untuk menutupi ketiadaan sarjana seni tari berkat niat dan semangat yang kuat akhirnya pelatih tari Sanggar Tari Aik Rusa Berehun secara perlahan namun pasti mulai menciptakan gerakan-gerakan tarian yang dinamis, menggambarkan keceriaan anak-anak mencari Keremis di pantai sambil seakan-akan bermain percikan air laut saat air laut sedang “taruk”. Mereka menari dilengkapi dengan properti berupa caping atau terindak untuk menutup kepala dari teriknya sinar matahari.
Gerakan-gerakan tarian yang tercipta benar-benar gerakan yang luwes sabagai ciri khasnya gerakan anak-anak di desa. Rutinnya anak-anak yang berlatih tarian Aik Taruk ini secara tidak langsung mulai menanamkan pemahaman kepada mereka bahwa sebenarnya mereka mempunyai kemampuan lebih yang telah dikaruniakan Tuhan untuk menciptakan suatu karya seni yang bernilai tinggi dan akan jadi sejarah jangka panjang yang baik sebagai bagian dari budaya dan karateristik unik dari masyarakat Desa Wisata Kreatif Terong yang berbudaya. Yang ternyata bahwa setelah di gali potensi sumber daya manusianya mempunyai jiwa seni yang tak kalah dari daerah-daerah lain di Indonesia.
Semangat berlatih yang tinggi dari anak-anak desa yang dilakukan rutin sebanyak dua sampai tiga kali seminggu di lokasi Wisata Aik Rusa Berehun pada akhirnya menjadi “virus-virus positif” kepada teman-temannya yang lain dan masyarakat sekitar yang selalu ramai saat menyaksikan mereka berlatih. Dari sini kemudian mulai juga tumbuh semangat kepedulian dari masyarakat desa secara luas bahwa ternyata lewat kesenian yang berkarakter lokal mampu memberikan warna baru cara berpikir tentang makna berbudaya yang sebenarnya. Lewat kesenian dan gerakan tarian yang menggambarkan aktifitas dan keseharian masyarakat lokal memunculkan kebanggaan tersendiri menjadi bagian dari orang desa yang mampu menjaga kearifan lokalnya lewat gerakan-gerakan tarian yang dinamis dan menggambarkan keceriaan anak-anak di desa. Dengan kesenian ternyata mampu mengenalkan Desa Wisata Kreatif Terong ini secara lebih luas kepada setiap wisatawan yang berkunjung.
Lalu kemudian dalam perjalanannya lewat pengembangan seni tari ini menambah pengayaan atraksi-atraksi yang bertemakan seni dan budaya di desa wisata. Yang semula sebelumnya hanya berupa paket-paket wisata alam dan kuliner kemudian bertambah satu lagi atraksi seni dan budaya yang benar-benar bercirikan budaya masyarakat Desa Wisata Kreatif Terong. Kalau dahulu saat Sanggar Tari Aik Rusa Berehun ketika ada wisatawan yang berkunjung hanya membawakan tari tarian daerah Pulau Belitung secara umum yang sudah ada sejak lama, sekarang dengan adanya tarian daerah ciptaan sendiri mulai memberanikan diri untuk menampilkannya secara langsung kepada wisatawan yang berkunjung. Bahkan gerakan-gerakan tarian Aik Taruk ini mulai masuk menjadi salah satu paket wisata edukasi belajar tarian tradisional. Dan diluar perkiraan sebelumnya ternyata paket wisata edukasi belajar Tarian Aik Taruk ini sangat banyak peminatnya yang rata-rata peminatnya adalah rombongan anak-anak sekolah internasional dari luar Pulau Belitung.
Kesenian daerah khususnya seni tari ini ternyata mampu meningkatkan jumlah peminat wisatawan untuk belajar menari dan jumlah kunjungan wisatawan dari luar Belitung yang berkunjung ke Desa Wisata Kreatif Terong. Kesenian daerah pada umumnya dan Tarian Aik Taruk ini khususnya ternyata mampu membuat orang atau wisatawan dari luar Pulau Belitung untuk mempelajari budaya lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya dan kesenian Indonesia.
Hal ini tentu saja makin memacu para pengelola Desa Wisata Kreatif Terong untuk terus mendorong Sanggar Tari Aik Rusa Berehun menciptakan gerakan-gerakan tarian lain yang tetap bercirikan dan mengangkat lokalitas kehidupan masyarakat di Desa Terong. Alhamdulillah kemudian lewat diskusi yang panjang dan benar-benar ingin mengangkat kesenian daerah yang bercirikan kehidupan masyarakat lokal tercipta lagi dua tarian yaitu Tari Tempurong dan Tari Pok-Pok Gerinang.
Tari Tempurong (Tempurung dalam Bahasa Indonesia) adalah tarian yang menggambarkan keceriaan anak-anak desa bermain sesama temannya dengan memanfaatkan tempurung bekas batok kelapa untuk menimbulkan bunyi-bunyian yang ramai namun tetap dalam irama yang enak di dengar. Tujuan diciptakannya tarian ini adalah sebagai salah satu bentuk tarian edukasi kepada anak-anak dan masyarakat sekitar bahwa tak selamanya barang bekas (tempurung kelapa) itu harus dibuang percuma begitu saja, tapi masih banyak manfaat yang bisa digunakan. Disamping masih bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan dan arang tempurung kelapa tapi juga dapat di kreasikan menjadi sebuah properti seni tarian yang menarik dan enak diperdengarkan suaranya dan enak ditonton gerakan tariannya yang dinamis dan penuh keceriaan.
Tari Pok-Pok Gerinang adalah satu tarian yang berisikan kumpulan permainan tradisional anak-anak di desa yang semuanya diramu dalam satu nama tarian Pok-Pok Gerinang. Permainanan tradisional anak-anak ini sengaja dibuat dalam satu nama tarian dengan tujuan untuk mengedukasi anak-anak agar ada keseimbangan secara psikologis dalam keseharian mereka di masa kanak-kanak. Satu sisi memang sudah jamannya mereka harus mulai sedikit paham dengan teknologi IT (gadget) dan semaksimal mungkin mengarahkan mereka untuk memanfaatkan teknolgi tersebut secara arif dan bijaksana ke hal-hal yang bersifat positif. Dan disisi lain untuk keseimbangan menjaga sifat sosial mereka dalam pergaulan sehari-hari tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan teman, cara bersikap yang baik dan benar, hidup yang sportif yang harus saling menghargai dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain dan bisa menerima kekurangan diri sendiri untuk menjadi bahan perbaikan ke arah yang lebih baik lewat aktifitas kesenian lokal yang mulai membumi ini.
Pada akhirnya hingga saat ini Desa Wisata Kreatif Terong dikenal sebagai salah satu desa wisata yang kreatif di Kabupaten Belitung yang mampu memberdayakan masyarakat, pemuda dan anak-anak, mampu menggali berbagai potensi lokalnya baik itu potensi alam maupun potensi seni dan budayanya serta mampu melakukan inovasi-inovasi baru dalam rangka memperkaya atraksi seni dan budaya.
Ternyata untuk menanamkan semangat berkesenian yang berkearifan lokal itu dengan tujuan untuk membangun pola pikir yang maju di masyarakat desa tergantung bagaimana cara Kita mengelola sumber daya yang ada. Terutama harus dimulai dengan membangun sumber daya manusianya terlebih dulu (mindset/pola piker). Sebab berapun besarnya sumber daya alam dan potensi lokal yang ada tanpa menyiapkan sumber daya manusia yang siap dan paham akan banyak sia-sia bahkan mungkin menghabiskan waktu percuma.
Selanjutnya setelah membangun sumber daya manusia yang sadar untuk mencintai kesenian lokal dan yang mampu menciptakan karya seni yang bercirikan kearifan lokal adalah bagaimana menjaga komitmen bersama. Komitmen untuk menjaga bahkan meningkatkan semua kualitas dari apa yang telah dirintis bersama dalam berkesenian. Seni itu memerlukan kekuatan jiwa yang utuh bahkan terkadang bisa melebihi dari apa yang dipikirkan banyak orang. Bicara komitmen bukan hanya bicara gampang-gampang susah, tetapi memang benar-benar sulit jika tidak dibarengi dengan niat awal untuk apa sebenarnya setiap orang hadir dan hidup di muka bumi ini dan hadir hidup di suatu desa. Untuk menjaga semangat itu harus ada satu prinsip kuat tertanam dalam jiwa dan sanubari bahwa Kita hadir dan hidup di muka bumi ini adalah untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi semua orang, bisa meninggalkan rekam jejak yang baik dimanapun Kita pernah hadir.
Terakhir atau yang ketiga setelah Kita semua mampu menyiapkan sumber daya manusia dan menjaga komitmen bersama untuk melestarikan kesenian yang bercirikan kearifan lokal desa adalah tidak boleh ada rasa cepat berpuas diri dengan apa yang sudah di dapatkan. Sifat cepat bepuas diri akan mematikan kreatifitas dan tidak akan mampu melakukan inovasi-inovasi baru. Sifat cepat berpuas diri juga terkadang akan memunculkan sifat angkuh dan tidak mau menerima saran apalagi kritikan dari manapun. Dalam berkesenian justru harus lebih fleksibel dan luwes sesuai dengan gerakan-gerakan Tarian Aik Taruk, Tari Tempurong dan Tari Pok-Pok Gerinang yang dinamis dan menggambarkan keceriaan anak-anak Desa Wisata Kreatif Terong.
Semoga Kita semua bukan salah satu orang yang mempunyai sifat cepat berpuas diri dalam berkarya dan berbuat baik dengan sesama. Bukan pula orang yang mempunyai sifat angkuh apalagi sombong. Semoga Kita semua menjadi bagian dari orang yang mampu menjaga jiwa seni dan kesenian sebagai bagian dari menjaga kearifan lokal Indonesia.
(Tulisan ini merupakan hasil dari lomba menulis Cerita Budaya Desaku yang di adakan oleh Kemendikbud RI)