Perhelatan ASEAN Blue Economy Forum 2023 yang diselenggarakan di Hotel Sheraton bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang Belitung melibatkan empat (4) Desa Wisata Indonesia yang ditunjuk oleh Kemenparekraf RI atas undangan pihak Bappenas RI sebagai penyelenggara kegiatan. Masing-masing desa wisata ini menampilkan keunggulan produk wisatanya. Mulai dari produk UMKM, Kriya sampai kepada produk paket wisata yang mencerminkan keunikan alam, budaya dan kearifan lokalnya.
Adapun empat (4) Desa Wisata Indonesia tersebut adalah :
1. Desa Wisata Pemuteran, Bali
2. Desa Wisata Kreatif Terong, Belitung
3. Desa Wisata Bangsring, Banyuwangi
4. Desa Wisata Tepus, Gunung Kidul
Adanya wakil dari Desa Wisata Bangka Belitung pada event internasional ini tentu sangat membanggakan mengingat dalam rentang waktu tidak sampai sebulan Desa Wisata Kreatif Terong baru mendapatkan kunjungan dari Menparekraf Bang Sandiaga Uno karena masuk 75 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI 2023) dan disusul kemudian pada bulan yang sama (Juni 2023) ditunjuk oleh Kemenparekraf RI untuk mengikuti lomba desa wisata tingkat dunia mewakili Indonesia pada event Best Tourism Village (BTV) UNWTO 2023.
Keikutsertaan empat (4) Desa Wisata Indonesia pada event ASEAN Blue Economy Forum 2023 ini tentu merupakan kesempatan untuk mempromosikan Indonesia lebih jauh tentang keunikan desa yang terdiri dari ribuan desa yang ada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dan disisi lain juga kesempatan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa sebenarnya ketika berbicara ekonomi biru (blue economy) orang-orang di desa itu sejak ribuan tahun yang lalu sudah melakukannya. Melakukan ekonomi biru dengan kearifan lokalnya yang kental yang berdampingan hidup damai dengan alam. Dimana orang-orang desa Indonesia sejak ribuan tahun lalu tak mengenal istilah perambahan hutan karena mereka memang memanfaatkan hutan itu dengan bijak dan benar-benar untuk menopang kehidupan sandang dan pangan mereka dengan sangat baik.
Begitu pula saat dahulu mereka orang-orang desa memanfaatkan kekayaan laut yang sangat kaya ini dengan sangat bijak tanpa melakukan pengeboman ikan di laut, tanpa memakai racun-racun mematikan yang bisa merusak terumbu karang. Terbukti sampai dengan sekarang orang-orang modern masih bisa mengeruk kekayaan laut dengan “membabi buta” bahkan cenderung bar-bar karena akibat menikmati warisan dari orang-orang dahulu kala yang sangat bijak mengelola laut dan pantai. Termasuk masih ada kesempatan untuk melhat keindahan terumbu karang di dasar laut, melihat keindahan pantai dan melihat rimbunnya hutan mangrove yang hijau menghampar luas.
Lalu sampai hari ini juga (walaupun tinggal sedikit) masih bisa melihat indahnya aliran sungai dengan air yang bening dengan kiri kanan masih rimbun ditumbuhi pepohonan yang beraneka ragam tanpa ada air sungai yang keruh karena dirambah dengan penggalian, pengerukan kegiatan penambangan yang membabi buta. Padahal (maaf) para pihak yang punya kewenangan tau dan melihat semua kejadian ini, saat ini. Jangan sampai kebanyakan bicara ekonomi biru tetapi kemudian alam dan lingkungan sebenarnya saat ini sedang menuju jadi alam dan lingkungan yang “hitam”.
Dan sebenarnya sekali lagi dengan berjalannya konsep desa wisata yang baik dan benar, di dalamnya masih banyak patriot-patriot penjaga ekonomi biru itu. Dengan di undangnya desa wisata pada event ASEAN Blue Economy Forum 2023 inilah Kami sebagai pelaku Desa Wisata Indonesia sedang terus berjuang untuk mengingatkan kembali kepada pemangku kebijakan yang berkuasa begitu sangat pentingnya satu tindakan yang nyata di lapangan tentang menjaga kelestarian alam (blue economy) daripada ribuan perkataan dan ratusan meeting yang diselenggarakan dengan biaya yang sangat mahal tanpa pernah “menyentuh” orang desa sebagai patriot-patriot sejati penjaga ekonomi biru yang sebenarnya.
Sukses Indonesia dan sukses event ASEAN Blue Economy Forum 2023.
Wallahu a’lam bissawaf …
Penulis : Iswandi (Perintis Dan Pengelola Desa Wisata Kreatif Terong Belitung)